voksil.com – Jakarta. Kedai kopi menjadi usaha kuliner yang tumbuh pesat. Itu menjadi salah satu dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan keterampilan barista.
Direktur Kursus dan Pelatihan (Dirsuslat)Kemendikbudristek Wartanto mengatakan, peserta didik barista telah mengalami peningkatan. Pada 2020, ada 455 peserta didik barista, pada 2021 terdapat peningkatan menjadi 1.075, pada 2022 kembali meningkat menjadi 1.130 atau sekitar 240 persen, meski hanya dalam 3 tahun.
”Saya harap, program pelatihannya agar terus diperkuat dan terus berupaya menyesuaikan perkembangan zaman. Jangan lupa untuk terus berinovasi karena trennya juga terus berkembang,” kata Wartanto dalam webinar bertajuk Ngobrol di Kedai: Menangkap Tren Usaha Kopi Kekinian melalui Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW)Direktorat Kursus dan Pelatihan (Ditsuslat), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), Kemendikbudristek akhir pekan lalu.
Wartanto mencontohkan, inovasi produk dari kopi kekinian yang memang terus berkembang, seperti padu padan antara kopi dengan alpukat, susu, dan sebagainya.Instruktur barista sekaligus pemilik LKP Filbert, Rendro Wijoyo, yang menjadi salah satu narasumber dalam acara itu mengatakan bahwa tren usaha kopi kekinian memang membuka peluang yang sangat besar bagi lulusan PKW di bidang barista. Kesempatan ini tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi kini sudah merambah ke daerah-daerah dengan memanfaatkan potensi-potensi kopi lokal yang juga kian bermunculan.
”Ini menjadi tren yang membuka peluang besar. Apalagi, selama ini memang banyak sekali kedai-kedai kopi mereka tidak memiliki barista. Jadi, kebutuhan tenaga barista-barista ini sangat besar, baik sebagai pekerjanya maupun owner atau pemilik kedai kopinya,” kata Rendro menambahkan.
Oleh karena itu, Rendro melihat PKW bidang keterampilan barista menjadi sangat penting dan memiliki potensi yang sangat besar bagi rekan-rekan penyelenggara kursus dan pelatihan. Meski demikian, Rendro menekankan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh LKP dalam penyelenggaraan PKW keterampilan barista, yakni dukungan sarana dan prasarana yang harus sesuai standar industri serta kerja sama dengan DUDI. Hal ini dimaksudkan agar lulusan yang dihasilkan benar-benar kompeten dan siap untuk berwirausaha.
Di LKP Filbert sendiri, menurut Rendro, ia tidak hanya membuka keahlian barista saja, tetapi juga kompetensi lainnya, seperti bidang roasting coffee dan juga kursus owner coffee shop, yang memang ditujukan untuk para peserta kursus yang ingin membuka kedai kopi.
Pembicara lainnya, Sugeng Pujiono selaku pemilik Critoe Coffee, Bandung mengatakan bahwa bisnis usaha kopi kekinian memang cukup menjanjikan. Selain memang sedang menjadi tren dan gaya hidup masyarakat, keuntungan dari bisnis ini juga cukup menjanjikan.
Sugeng mencontohkan, berdasar pengalaman selama ini, dengan modal sekitar Rp3.200 untuk satu cup es kopi susu gula aren, keuntungan yang didapat bisa mencapai Rp7.000 per cup-nya. Itu pun dengan asumsi penjualan es kopi susu yang terbilang cukup murah, yakni Rp10.000.”Artinya, dijual Rp5.000saja kan juga sudah untung. Akan tetapi, rata-rata es kopi susu gula aren kan dijual di atas Rp10.000 per cup-nya,” kata Sugeng. (Kemendikbudristek//mmr)