Berita Kini

Saatnya Dunia Pendidikan Rangkul Artificial Intelligence

WhatsApp Image 2023 06 16 at 2.56.56 PM Saatnya Dunia Pendidikan Rangkul Artificial Intelligence
FOTO: SWA SUDUT PANDANG: CEO OpenAI, perusahaan pencetus chatbot ChatGPT, Sam Altman.
89views

Voksil.com, JAKARTA-Kemajuan teknologi artificial intelligence (AI) seharusnya disambut positif oleh manusia. Tidak terkecuali mereka para insan pendidikan. Itu yang diungkapkan CEO OpenAI, perusahaan pencetus chatbot ChatGPT, Sam Altman.

”Dunia pendidikan pasti akan berubah dengan cepat dan masif. Salah satunya didorong oleh teknologi. Saat ini dengan adanya AI, kita seharusnya merangkul tools AI itu di dunia pendidikan,” kata Sam, menjawab pertanyaan peserta acara Conversation with Sam Altman di Jakarta pada Rabu (14/6/2023).

Di antara pemberi pertanyaan adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim. Nadiem menanyakan pendapat Altman terkait masa depan dunia pendidikan di tengah gempuran teknologi AI generatif.

Menurut Sam, perubahan di dunia pendidikan karena disrupsi teknologi bukan sesuatu yang baru, bahkan sudah terjadi berkali-kali. Dia mencontohkan, orang terbiasa mencari informasi lewat buku dan media cetak lainnya. Orang-orang juga harus mengingat atau mencatat informasi yang mereka dapat dari sumber cetak. Namun, itu merupakan cara lama.

Namun, kata Sam, semua itu berubah ketika internet datang. Ditambah dengan kemunculan mesin pencari (search engine) seperti Google. ”Dengan Google, kita bisa mencari apapun yang kita mau, mempelajari apapun yang kita inginkan,” kata Altman.

Hal itu juga berlaku pada teknologi AI, seperti ChatGPT, misalnya. Sam mengatakan, ChatGPT bisa meningkatkan potensi siswa di dunia pendidikan bila dilatih dan digunakan se-kreatif dan se-efektif mungkin. ”Saya merasa aneh bila orang mengharuskan kita mengerjakan sesuai dengan cara lawas. Padahal ada teknologi AI yang bisa dimanfaatkan sedemikian rupa,” kata Sam.

Sam tidak memungkiri bahwa teknologi ini memantik rasa khawatir di kalangan pengajar/guru. Ia menceritakan, ketika ChatGPT pertama kali dirilis di AS, chatbot AI ini juga banyak dilarang digunakan di sekolah-sekolah. Namun, kini, seiring dengan pemahaman terhadap manfaat AI, ChatGPT mulai diterima dengan baik. ”Tools ini bisa sangat berguna untuk siswa. Makanya, kita harus merangkulnya. Dengan beginilah umat manusia membuat kemajuan (di dunia pendidikan,” kata Sam.

OpenAI membuat ChatGPT berdasarkan GPT-3.5, sebuah model bahasa alami yang menggunakan proses pembelajaran deep learning. Dengan ChatGPT, pengguna mengirim pertanyaan atau instruksi yang nantinya akan ditanggapi oleh ChatGPT secara luwes, tak seperti chatbot pada umumnya yang kaku seperti robot. Secara umum, ChatGPT mampu menyelesaikan beragam tugas/perintah dan mendukung 95 bahasa. Tak heran bila ChatGPT akhirnya dimanfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR), tugas, atau memudahkan pekerjaan lainnya. Pengguna aktif bulanan (monthly active users/MAUs) layanan chatbot bikinan OpenAI ini diklaim sudah tembus 100 juta orang per Januari 2023. (ipc/kpc/mmr)

Leave a Response