Voksil.com, JAKARTA-Pengamat Tata Kota Nirwono Yoga memberi tiga catatan terkait kelanjutan proyek LRT Fase 1B Velodrome – Manggarai tahun ini. Pertama, kajian matang untuk rute dari Velodrome – Manggarai. ”Apakah Velodrome ke Manggarai betul-betul yang dibutuhkan masyarakat dari arah Timur (Jakarta). Karena itu kan kaitannya mereka nyambung ke mana? kan bukan ke arah Bogor. Ini arahnya ke tengah kota. Ini juga penting ditindaklanjuti. Sebetulnya pengguna utama Velodrome – Manggarai ini siapa, itu baru ada penumpang. Jangan sampai penumpangnya tidak ada,” jelasnya.
Lalu, kata Nirwono, dibandingkan juga (dengan LRT) yang sudah ada sekarang, yang Velodrome – Kelapa Gading. ”Jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama,” ujarnya. Memang, untuk penumpang LRT Fase 1A itu hanya sekitar 1.000 – 2.000 per hari.
Untuk catatan kedua yakni manfaat untuk daerah sekitarnya. Terutama, daerah yang berdekatan dengan lokasi pemberhentian atau stasiun. ”LRT Velodrome – Manggarai juga harus menguntungkan. Keuntungan tidak mungkin dari tiket penumpang, misalnya. Kan tidak sekedar membikin lajur kemudian dibangun. Tapi, titik pemberhentian itu harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, utamanya di sekitarnya,” imbuhnya.
Selanjutnya, kata Nirwono, soal pembebasan lahan. ”Ini yang tidak kalah penting. Titik pemberhentian itu pasti akan menggunakan lahan, apa sudah ada konsolidasi lahan? apa sudah ada sosialisasi terhadap daerah terdampak? Kan itu perlu sosialisasi dengan waktu yang panjang,” bebernya. Sosialisasi itu disebutkannya perlu dilakukan lebih cepat agar masyarakat yang terdampak bisa menyiapkan antisipasi. Misalnya, dampak kemacetan dengan mengatur waktu aktivitasnya selama pelaksanaan konstruksi. ”Ini menjadi catatan, yang kalau tidak dipenuhi maka pembangunan tidak akan terwujud hingga tahun depan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Nirwono juga menjelaskan bahwa proyek LRT Fase 1B tersebut sudah masuk proyek strategis nasional (PSN) yang harus rampung pada Juni 2024. ”Sebenarnya sudah ada kebijakan kalau sampai Juni 2024, proyek itu tidak selesai, maka presiden sudah instruksikan supaya dicoret. Kalau akhir 2024 selesainya, proyek seperti itu kemungkinan mangkrak,” jelasnya.
Hal itu disampaikannya karena pada Oktober 2024 itu sudah pemerintahan baru atau presiden baru sudah terpilih. Nah, lanjutnya, berdasar pengalaman, segala proyek yang sudah berganti pemerintahan tidak ada jaminan dilanjutkan.
”Kita punya pengalaman monorel. Sementara LRT ini bisa dikatakan tidak menguntungkan, makanya siapa yang akan mengatasi kerugiannya kalau memang benar-benar terbangun. Seandainya pemerintahan baru Oktober 2024 ini tidak mau melanjutkan bagaimana? Makanya harus selesai sebelum Oktober 2024,” katanya. (mmr)