Voksil.com, JAKARTA – Pada September 2023, perekonomian Jakarta tercatat mengalami inflasi 0,19 persen month to month (mtm). Sementara, untuk inflasi year on year (yoy), Jakarta tercatat sebesar 1,89 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,61.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Arlyana Abubakar menuturkan, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), share inflasi Jakarta terhadap nasional mencapai 26,90 persen. Meski angka inflasi September Jakarta rendah, angka itu cukup tinggi bila dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang nilainya sebesar 0,01 persen (mtm). Inflasi Jakarta pada Agustus sebesar 0,01 persen itu didorong oleh inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi.
Menurut Arlyana, dari perkembangan inflasi di Jakarta, secara kumulatif, sejak Januari sampai September 2023 mencapai 1,34 persen (ytd). ”Secara tahunan, inflasi Jakarta masih tetap terkendali dalam sasaran yaitu sebesar 1,89 persen (yoy). Angka itu lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,93 persen (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional yang mencapai 2,28 persen (yoy),” jelasnya.
Lebih lanjut, untuk inflasi September dia menyebutkan terjadi pada sembilan kelompok pengeluaran. Yakni, kelompok makanan minuman dan tembakau (0,55 persen), informasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,26 persen), perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,16 persen), perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,14 persen), transportasi (0,14 persen), pendidikan (0,10 persen), kesehatan (0,03 persen), penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,03 persen), dan pakaian dan alas kaki (0,02 persen). Sementara dua kelompok lainnya yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya tidak mengalami perubahan indeks harga. ”Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,55 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,25 persen (mtm) sehingga menyumbang 0,12 persen terhadap inflasi Jakarta,” terangnya.
Lebih lanjut, inflasi mtm pada September disumbang oleh naiknya beberapa komoditas. Perinciannya, beras (0,117 persen), bensin (0,070 persen), daging sapi (0,023 persen), kangkung (0,015 persen), dan minyak goreng (0,014 persen). ”Kenaikan harga komoditas beras disebabkan oleh berlangsungnya kekeringan di sejumlah wilayah sentra produksi sebagai dampak dari EI-Nino serta pembatasan kuota ekspor beras dari negara-negara produsen beras mitra dagang. Dampak EI-Nino juga mendorong kenaikan harga kangkung sebagai salah satu komoditas yang membutuhkan pasokan air yang cukup besar. Selanjutnya, kenaikan harga daging sapi dan minyak goreng masing-masing dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat serta meningkatnya harga CPO dunia,” jelasnya.
Di sisi lain, komoditas pangan strategis lainnya seperti telur ayam ras, cabai rawit dan bawang merah tercatat mengalami penurunan harga sejalan dengan meningkatnya pasokan di wilayah sentra produksi. Selanjutnya, untuk kelompok transportasi juga mencatatkan inflasi sebesar 0,14 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu sebesar 0,02 persen (mm) sehingga memberikan andil sebesar 0,02 persen. (rik/rmm)