JAKARTA, voksil.com-Pemerintah pusat berupaya mendorong tumbuhnya sekolah-sekolah inklusi di tanah air. Hal tersebut dilakukan mengingat setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan setara, termasuk anak down syndrome.
Hal tersebut terungkap dari webinar pendidikan khusus bertema Pendidikan Bermutu Bersama Kami. Acara tersebut diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Dharma Wanita Persatuan Kemendikbudristek di Jakarta beberapa waktu lalu.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdas Dikmen) Kemendikbudristek Dr. Iwan Syahril mengutip data World Health Organization (WHO). Dia menyebut, setiap tahun sekitar 3.000 – 5.000 anak lahir dengan kondisi down syndrome.
Hingga kini, kata Iwan, diperkirakan terdapat delapan juta penderita down syndrome di seluruh dunia. Oleh karena itu, klaim Iwan, Kemendikbudristek melalui kebijakan Merdeka Belajar selalu mendorong tumbuhnya sekolah-sekolah inklusi. ”Prinsipnya, sekolah hadir memberikan kesetaraan hak bagi setiap anak dan menghadirkan pembelajaran yang mengakomodir semua peserta didik termasuk bagi penyandang disabilitas,” tutur Iwan.
Dalam webinar yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Down Syndrome Internasional tersebut, Iwan juga membeberkan data pokok pendidikan (Dapodik) per Desember 2022. Tercatat, 40.928 sekolah telah melaksanakan pendidikan inklusi baik di jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri dan swasta. Dari jumlah satuan pendidikan tersebut, sebanyak 135.946 peserta didik berkebutuhan khusus telah melaksanakan pembelajaran di dalamnya.
Iwan Syahril berpesan kepada masyarakat agar terus memberikan motivasi dan kekuatan psikologis bagi orang tua anak down syndrome. Selain itu, Iwan juga mengajak masyarakat agar memberikan ruang bagi anak-anak tersebut untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan anak-anak lain.
Hari down syndrom sedunia mengangkat tema With Us for Us. Melalui tema itu, diharapkan masyarakat dapat meninggalkan stigma masa lalu yang menganggap anak-anak down syndrome sebagai objek yang memerlukan orang lain bahkan ketergantungan pada pertolongan orang lain. (krj/mmr)